Sunday, 9 December 2012

MANAGEMEN SAMPAH BERDAYA KOMERSIAL


Published in Sindo, 13 November 2012 p. 16. 
http://www.scraperone.com/koran/seputarindonesia_20121113.pdf


Hingga detik ini urusan sampah di Indonesia belum menggembirakan. Rasanya sudah cukup banyak melihat dan belajar dari pengalaman bangsa lain, terlebih dari pengalaman sendiri --banjir, got mampet gara-gara sampah, pasir pantai bertebar sampah, belum lagi bau, kotor. Gunung sampah semakin menjulang di TPA. Mencoba inovasi baru pengelolan sampah terjangkau menjadi penting!

Teks: Rahmayanti Helmi Yanuariadi (Kontributor Sindo di Tokyo).


            Melihat kota-kota di Jepang yang bersih, bukan tanpa usaha. Satu contoh dalam kehidupan sehari-hari, di taman kota yang luas, sering tidak disediakan tempat pembuangan sampah umum untuk keindahan; kalaupun ada itu berupa tempat sampah ukuran biasa saja. Masyarakat Jepang yang gemar menghabiskan waktu di taman kota di hari libur untuk bermain, piknik membawa makanan, atau berbabeque, diminta atau tidak diminta selalu wajib membawa sampahnya masing-masing pulang; tidak mengotori atau memenuhi bak sampah yang kecil itu, sampai berserakan, misalnya. Itu dari sisi individu. Bisa begini karena bangsa ini belajar dari pengalaman berabad. Dari sistem pengolahan sampah, mereka memiliki managemen pengelolaan sampah yang canggih: pemilahan jenis sampah, dan sistem mendaur ulang.
Buat kita, satu persatu individu sangat bisa memutuskan untuk mengelola sampah dengan baik, tapi sayangnya itu hanya sebatas dinding rumah; tetap saja hasil akhirnya masih jauh dari sempurna, karena menjadi berantakan setelah membaur dengan masyarakat yang kesadaran dan pengetahuan soal sampah sangat “terserah gue” (baca: beragam). Tapi apakah ini karena mayoritas bangsa kita masih memikirkan bagaimana supaya tidak lapar? Apapun itu, tidak ada salahnya coba atasi, kita bisa lakukan kalau mau! Mau tak mau, tata jiwa dan tata infrastrukturnya.
Bagaimana menangani karakter sampah di Indonesia yang sudah ‘telanjur campur’ --tidak dipisah-pisah dalam pengelolannya? Inilah alasan kenapa sejumlah mahasiswa Indonesia memilih studi pengolahan sampah di Jepang, berharap pengelolaan sampah di tanah air bisa lebih baik. Bayu Indrawan, mahasiswa kandidat doktor dari Department of Environmental Science and Technology-Tokyo Institute of Technology-Jepang adalah salah seorangnya. Kegelisahan mengarahkannya kepada pencarian teknologi alternatif  yang sesuai kondisi sampah di Indonesia.Yaitu mengolah sampah yang awalnya tercampur menjadi produk bermanfaat yang homogen. Beruntung di Tokyo Institut of Technology, universitas riset terkemuka di Jepang tempat ia menjalani program doktoralnya, memperkenalkan teknologi hydrothermal bernama RRS (Resource Recycling System).
Cocok dengan karakter sampah campur Indonesia yang tak perlu pemisahan (80% bahan organik dan campuran plastik), RRS menggunakan gas bertekanan dan uap suhu tinggi (30 atm, 200°C). Cara ini lebih ramah lingkungan, relatif murah, teknologi lebih sederhana, sehingga komponen kandungan lokal bisa mendekati 90%. “Uang tidak perlu dibelanjakan ke negara lain,” jelasnya. Teknologi alternatif ini sudah diterapkan secara komersial di Jepang, antara lain di Hokkaido, Nagoya, dan Ichinomiya.
            Sampah campur perkotaan (Municipal Solid Waste/MSW) dan sampah pertanian dimasukkan ke reaktor, disusul memasukkan uap bertekanan tinggi dari boiler. Dengan blender (alat pelebur), sampah di dalam reaktor terurai dalam waktu 30-60 menit. Hasil sementara berupa lumpur. Pengeringan lumpur,  kering sendiri jika dibiarkan dua hari,  atau disemprot dengan uap panas dan hasilnya akan langsung kering --berupa bubuk menyerupai bubuk batubara.  “Karena hanya menggunakan uap bertekanan tinggi, maka tidak menghasilkan zat kimia berbahaya. Bau juga hilang, dan bakteri mati karena suhu tinggi.”
Hasil akhirnya bisa menjadi bahan penyubur tanah, bahan bakar padat (menyerupai batu bara), bagus untuk bahan bakar oven di industri crude palm oil, pabrik keramik, boiler (pemanasan untuk tenaga listrk), pabrik semen; dalam skala kecil bisa dijadikan briket seperti arang untuk memasak.
Riset Bayu menegaskan 20% dari hasil produk ini bila dicampur dengan 80% batubara yang digunakan pada pembakaran akan tidak mengubah karakteristik pembakaran di power plant boiler (boiler pembangkit listrik), pembakaran di pabrik semen, pabrik kertas, atau pabrik baja.  Nilai kalorinya sebanding dengan nilai kalori batu bara; kalorinya (kemampuan untuk membangkitkan panas) hampir sama dengan batu bara (5000-6000 kilo kalori atau kcal/kg). Produk akhir sampah ini mengandung sekira 5000-an kcal/kg tergantung karakterikstik sampah; misalnya sampah organik, sampah plastik jika dikeringkan bisa mengandung kalori tinggi.  “Uji kelayakan untuk hasil pengolahan yang mengandung air, gas, padatan tersebut sudah memenuhi standar aman,” kata Bayu.
Untuk kapasitas pengolahan sampah yang sama, dibandingkan dengan sistem incinerator misalnya,  investasi awal RRS  60% lebih murah dari cara incinerator  (baca juga: “Pengelolaan Sampah selama ini…”); biaya operasional dan  pemeliharaan instalasi 55% lebih rendah, dan pula menghasilkan produk bermanfaat, antara lain sebagai alternatif bahan bakar pengganti batu bara. Batubara adalah non renewable energy yang lama-kelamaan habis, dan tidak ramah lingkungan. Hasil olahan sampah ini bisa mengurangi penggunaaan batubara. Dan produk ini relatif lebih bersih dibanding batubara, mengurangi dampak lingkungan yang dikeluarkan akibat pembakaran produk.
             Membutuhkan lahan sedikit, 200 ton/hari sampah cukup ditampung di lahan setengah hektar (0,5 ha), hasil produk tadi memiliki kepadatan tinggi.  Dari tumpukan sampah yang banyak menjadi tumpukan kecil lagi bermanfaat. Efisiensi teknologi pengolahan sampah ini tinggi, hanya membutuhkan energi di bawah 20% dari keluaran yang dihasilkan untuk menjalankan sistem pengolahan sampah. Jadi bisa memenuhi diri sendiri (self sustainable system) atau tidak perlu energi tambahan dari luar untuk menjalankannya.
            Contoh skala kecil di satu komplek perumahan; misal, satu orang membuang sampah 0,8-1kg/hari , satu perumahan 50 KK (Kepala Keluarga) x 3 orang =150 orang dengan sampah 150 kg /hari. Ini menggunakan reaktor pressure vessel 100 liter -200 liter kira-kira sebesar drum sampah.  Sangat simple.  Diproses 1-2 jam, cukup memerlukan sebidang tanah 3 x 4 meter persegi termasuk untuk proses pengeringan. Skala kecil ini bisa dipres, dikeringkan menjadi briket.
            Dari pengamatan Bayu, diketahui sampah kota Palembang 600 ton-800 ton/hari, kota Bantaeng di Sulawesi Selatan 50 ton/hari, dan Jambi 400 ton/hari. Ambilah kira-kira 400 ton/hari, memerlukan lahan pengolahan 1 hektar di TPA, nah dengan sistem RRS sebenarnya hanya memerlukan tempat 200 m2, dan tempat pengeringannya  cukup 800 m2 sekalian tempat pengeringan produk. Malah bisa lebih kecil lagi bila langsung dikeringkan dan tidak perlu ada tempat menyimpan stok kering.
            Teknologi hydrothermal dinamai RRS (Resource Recycling System) ini adalah paten dari Prof. Kunio Yoshikawa dari Tokyo Institute of Technology. Prof. Yoshikawa menemukan teknologi ini awal 2007, tahun 2009 dibuktikan di Hokkaido. Kini mencoba pasar di Indonesia, namun malah negara lain yang lebih dulu mengaplikasikan. Menurut Yoshikawa, pola investasi di Indonesia tidak berani memulai sesuatu, jika belum ada bukti. Bila ada bukti, baru mau (baca: ikut-ikutan) mengerjakan. Bila belum ada bukti , masih enggan. ”Jadi, susah jadi pioner, maunya jadi follower,” katanya.
Bayu, 26, kelahiran Palembang ini dalam studi pasca sarjananya memfokuskan bagaimana mengurangi efek negatif lingkungan dari produk keluaran dalam keadaan sampai kering, dan pengintegrasian penggunaan produk tersebut untuk dibakar bersama batubara. Rata-rata produk itu mengeluarkan kandungan chlorine di atas 5000 ppm, dan ia berhasil  menurunkan dengan standar di bawah 3000 ppm --produk keluaran pertama dicuci dengan air, sehingga chlorine dapat dipisahkan dari produk, dan hasilnya menjadi produk bersih dan ramah lingkungan. Penelitiannya dilakukan di plant pengolahan sampah yang sudah dibuat oleh sensei Yoshikawa  secara komersial di Hokkaido, Nagoya, Shanghai (ada dua plantation), Mongolia (1 plant), Vietnam, Thailand, dan Srilanka sedang dikerjakan.
Yoshikawa membimbing 36 mahasiswa di seluruh dunia (mayoritas dari Cina dan Indonesia). Ada tiga kelompok mahasiswa yang belajar di bidang pengolahan sampah menjadi energi (waste to energy) dengan produk hasil pengolahan sampah dalam bentuk  energi gas, likuid, dan bahan bakar padat. Bayu memilih “padat” karena di  Indonesia paling  cocok untuk bisa diaplikasikan secara komersial. “Teknologi padat ini adalah teknologi unggulan dari lab ini yang bisa diaplikasikan secara komersial,” papar sarjana S1 elektro di Universitas Sriwijaya, S2 elektro Universitas Indonesia, dan S3 di Jepang ini
            Di Indonesia, karakter khas di lingkungan sampah, yaitu abang-abang petugas sampah di perumahan pun bisa dipekerjakan di plant RRS. Mereka bisa dipekerjakan untuk mengepres briket dari produk keluaran, memilah sampah besi dan glass yang tidak bisa dibakar.”
Produk keluaran berupa bahan bakar bubuk ini bisa sebagai pengganti batubara untuk berbagai aplikasi pembakaran (combustion). Jika dicampur batubara, tidak perlu memodifikasi tungku pembakaran yang sebelumnya sudah ada, tidak perlu pula mengganti boiler, dan lain-lain, karena karakteristik pembakarannya relatif tidak berubah.
Pun kalau 100% produk keluaran pengolahan sampah ini digunakan, bisa dibuatkan tungku pembakaran, boiller, dll, khusus untuk aplikasi tersebut. Hasil keluarannya bisa untuk listrik, ataupun bahan bakar padat untuk industri/pabrik. Sebagai bahan yang bisa menjadi pengganti batubara, bisa menurunkan biaya operasional. Sebagai briket saja, 100%  digunakan untuk kompor briket guna memasak di rumah tangga, maupun industri kecil.
Saat ini ia tengah memperkenalkan informasi teknologi ini ke berbagai negara di Eropa, Amerika, Afrika, dan Asia. ”Termasuk juga cukup intensif memperkenalkan teknologi persampahan ini ke Kepala-kepala Daerah di Indonesia, dan mendapatkan respon cukup baik. Dibutuhkan komitmen tinggi dari Kepala Daerah untuk menyelesaikan masalah sampah perkotaan melalui aplikasi teknologi pengolahan sampah tersebut,” kata Bayu.  RRS punya kelebihan, ”Sangat jarang ada teknologi pengolahan sampah yang ekonomis, punya efisiensi tinggi, dan bisa dikomersialkan (karena produk hasilnya bisa dimanfaatkan/dijual untuk proses pembakaran di berbagai pabrik tadi), dan itu ada pada RRS.”  ¨

Pengelolaan Sampah selama ini…
Selama ini yang diterapkan di Indonesia adalah TPA (Tempat Pembuangan Akhir), karena masih memiliki lahan cukup luas. Idealnya TPA  menerapkan land filling (TPA dengan proses pengolahan: memiliki saluran pembuangan air/water waste treatment, penimbunan  di bawah tanah. Sayangnya, ini hanya ditumpuk aja (open dumping), seharusnya dibuat galian utk tempat sampah (land filling).
Sebagian kecil sampah diatasi dengan daur ulang plastik, besi , kertas yang masih bisa dimanfaatkan. Pemulung sebagai roda recycle mengambil sekira 5%-10%  saja dari sampah,  mengirimnya ke perusahaan daur ulang plastik, besi, kertas. Lagi-lagi sayangnya, perusahaan-perusahaan itu tidak terkoordinasi satu sama lain.
Di samping itu menerapkan pengolahan sampah jadi pupuk (sistem composting). Juga banyak dengan sistem incinerator (dibakar dengan1000°C menggunakan teknologi mahal). Sistem ini kabarnya di suatu kota di Jawa Barat (2009) ditolak masyarakat, karena relatif  tidak ramah lingkungan, karena membakar langsung sampah tersebut. Proses ini mengeluarkan dioksin (gas pencemar lingkungan), SOx (sulfur oksida), NOx (nitrogen oksida). Lagi pula, efisiensi pembakarannya rendah, hasilnya menjadi sampah basah, karena antara sampah organik, plastik, dan kayu bercampur.  Dengan dibakar, akan menghasilkan panas yang bisa diubah menjadi listrik. Di Indonesia, model incinerator ini masih berskala kecil –seperti di kalangan industri, pabrik, rumah sakit--listriknya digunakan mereka sendiri. Di Jepang setiap kota/kelurahan/distrik memiliki incinerator. Dengan teknologi baru, efek samping dari pengolahan sampah tersebut bisa dikurangi, sayangnya teknologi ini terbilang mahal. Nah, biaya yang tinggi ini masih menjadi kendala di Indonesia.
Di Indonesia, sebagian juga menggunakan cara metan capture --menangkap gas metan (gas yang mencemari lingkungan yang bisa merusak ozon) di TPA. Gas tidak keluar ke alam, tapi ditangkap menjadi bahan bakar gas pembangkit listrik tenaga gas. Tapi ini hanya menangkap gas tanpa mengolah sampahnya, jadi benda berupa sampah itu masih tetap menumpuk. Contohnya di Palembang, Bantar Gebang-Jakarta --biasanya untuk proyek CDM (Clean Development Mechanism, bahwa siapa saja boleh membuat proposal untuk mengurangi dampak lingkungan yang dibiayai oleh negara-negara industri yang banyak mengeluarkan COx/pencemar lingkungan). Ini sejalan dengan Kyoto Protokol (perjanjian internasional yang mengikat negara-negara maju untuk mengurangi emisi gas rumah kaca  yang menyebabkan menipisnya lapisan ozon) yang pada intinya mengurangi pencemaran lingkungan.¨

Saturday, 6 October 2012

OUR JAPAN Hope & Renewal--Japan through Diplomats' Eyes 2012


Kalau ada waktu, iseng-iseng 9-15 Okt jalan-jalan ke Roppongi Hills yuk..Ini lho, ada pameran foto yg di antaranya ada foto jepretan saya...

15th Anniversary "Our Japan-Hope&Renewal" through Diplomats' Eyes 2012.  
Roppongi Hills, Hills Cafe. 9-10 Oct jam 11am -23pm. 9 Oct, pembukaan dulu oleh HIH Princess Takamado. Setelah itu bebas..

Eksibisi foto ini juga akan digelar di Nagoya, Kobe, Hokkaido, dll.  

Wednesday, 19 September 2012

Makassar International Writers 2012 in my Diary

Parcipating writers and audiences, Benteng Rotterdam, Makassar , 14-17 June 2012.
             Makassar International Writers Festival 14-17 Juni 2012. Ini sudah disebut-sebut pemrakarsanya Lily Yulianti Farid sejak jumpa kembali dengan Radio Journalist dan penulis ini tahun lalu dan tahun ini. Lily orang yang super sibuk, kenal dia ketika bekerja di NHK Tokyo-Jepang, dan kami sama-sama di Tokyo, dan sekarang ia tengah menyelesaikan tesis S3 sambil bekerja freelance di ABC Radio, Melbourne, Australia. Alhasil saya tertarik untuk datang dan ikut di dalamnya, entah apa namanya: menjadi penikmat, penonton, atau pemerhati. Karena beberapa kali keinginan untuk datang ke acara Ubud Writers Festival di Bali, tapi belum kesampaian karena waktunya yang selalu di bulan Oktober, sering tidak klop dengan waktu saya. Ke Makassar aja deh, kota ini juga menarik.
             Kota Angin Mamiri di Sulawesi Selatan ini untuk ketiga kalinya saya kunjungi dalam kurun waktu yang jaraknya berjauhan sekali. Yang teringat jelas, dulu pantai Losari hanya berbatas pembatas terbuat dari batu semen yang bersebelahan dengan jalan raya --air laut langsung berbatasan dengan pagar pembatas, lalu langsung jalan raya. Tapi kini, air laut sudah ke tengah, sebab wilayah yang bersebelahan dengan jalanan itu diuruk menjadi pelataran yang jika pagi hari Minggu dan malam hari ramai dikunjungi orang untuk berjalan-jalan, orang pada makan-makan dari warung-warung makanan yang berdiri temporer.
             Mendarat di Bandara Sultan Hasanudin di menjelang siang itu, saya terkagum dengan bandara internasional nya yang baru. Rasanya ini bandara terbaik di Indonesia untuk hitungan di daerah. Bandara Juanda, Ngurah Rai (yang juga sedang dibangun) rasanya kalah bagus. Interiornya hampir seperti di Malaysia, kurang lebihlah...
             Aduuh... ini mau cerita MIWF, cerita kotanya, kuliner, pulaunya, panasnya...Semuanya ingin diceritakan dalam catatan ini.  Pokoknya nginap 3 malam 4 hari, cukup dapat semuanya.
             Hotel berbintang empat/bungalo Pantai Gapura yang berdiri di atas pantai Losari --satu-satunya hotel yang tersisa yang paling dekat dengan Benteng Rotterdam, venue MIWF, akhirnya dipilih. Jalan kaki cuma lima menit, di bawah terik matahari, yang rasanya lebih panas dari Jakarta, setiap hari mondar-mandir seenaknya pergi-pulang ke benteng dan hotel. Karena tidak ada teman, maka memilih yang gampang dikerjakan dan engga perlu jauh-jauh berjalan. Di sini paling strategis, ke venue gampang, tinggal lenggang aja, cari makan ikan bakar tinggal ke pinggir laut di depan benteng, makan pisang Epe malam-malam, tinggal tarik bangku sambil menyedu teh tarik a la Makassar. Wuih, sedap! Oh ya, belum lagi cari oleh-oleh di pusat oleh-oleh, cari kerajinan perhiasan emas Kandari  di jalan Somba Opu, wow,  sugoii (asyik/bahasa Jepang),  omosiroi (menarik/bahasa Jepang), wonderfull, keren abiss...
Krishna Pabicara dan penyair muda Makassar di Pulau Lae-Lae.
             Untuk Anda yang suka menulis, kota Makassar sangat inspiratif. Tak heran, masyarakatnya yang dasarnya memang berdarah Melayu, yang kebetulan saya jumpai dan nikmati syair-syairnya, memang bagus-bagus sih.. Sebut saja M. Aan Mansyur yang kalau membaca puisi, intonasinya bagus, gayanya tidak kuno, inovatif dengan seorang penari latar dalam bayangannya, atau penari dengan fisik terlihat, dengan latar musik ala musik DJ yang pas dengan puisinya. Keren. Luna Vidya yang membaca  puisinya pun sangat bagus dengan selendang yang menambahi kostumnya dan buah jeruk bulatan-bulatan kecil yang dijatuhkanny  ke lantai tatkala ia membacakan puisi "Ibu".
           

Ng Yi Sheng (Singapore)
Rahmayanti dengan puisi "Ganbarou!"
               Mendengar puisi Ng Yi Sheng (Singapore), Wendy Miller (penyanyi/ Australia), Omar bin Musa (rapper/Melbourne-Australia), Uthaya Sankar (puisi/Malaysia); mendengar kisah sastra yang menurut saya sangat indah dan penuh dengan kisah hidup yang dituturkan Bernice Chauly (Malaysia), mendengar penggalan kisah kehidupan Rini Irmayasari (puteri Papua-Jawa), novel Londorundum karya Rampa Maega, Fauzan Mukrim (River's Note), Mugniar Marakarma/novel Lakon Fragmentaris (semua dari Makassar), sangat memberikan inspirasi. Obrolan Riri Reza (sutradara), Ahamad Fuadi (novel Negeri 5 Menara), Ahmad Tohari (Novel Ronggeng Dukuh Paruk), Ichwan Persada dengan Orenji-nya, Butet Manurung (founder & director Sokola Rimba), Krishna Pabicara (Sepatu Dahlan) mampu mengisi 'baterai'  untuk terus semangat menulis.
Bersama mb Lily Yulianti Farid, dan Daeng Farid, Pulau Lae-Lae.
  (Bersambung)

Porciini no risotto ~ kajiki Maguro no cotoretta


Tuesday, 11 September 2012

PARADE SAMBA DI ASAKUSA

(published by "Seputar Indonesia Daily - SINDO", 12 September 2012).
PDFPrint
Wednesday, 12 September 2012

Melalui Parade Jalanan Samba di Asakusa, kawasan tradisional historis yang sangat terkenal di Tokyo, masyarakat Jepang menyapa dunia.


Tahun ini adalah yang ke-31 kalinya.Dalam kurun itu, kultur Brasil yang terkenal di seluruh dunia melalui tari samba ini melebur dengan kebudayaan Jepang. Pada pekan terakhir bulan Agustus ini hadir para penari perempuan Jepang berkulit putih,mata sipit,dan wajah tirus,berbaur dengan beberapa penari dari Brasil, dan penari dari bangsa lain yang berada di Tokyo.

Grup penari samba dan kendaraan hias berarak-arak di antara Basha Ave ke Raimon Ave di Asakusa,wilayah historis yang terkenal di Tokyo, tempat berdirinya kuil Buddha tertua di Tokyo bernama Kuil Sensoji atau terkenal disebut Asakusa Kannon Temple—kuil ini selesai dibangun pada tahun 645.Kuil ini menjadi salah satu objek wisata yang wajib dikunjungi turis kalau melancong ke Tokyo. Kuil Asakus ini terkena bom Perang Dunia II sehingga sebagian bangunannya rusak.

Pembangunan kembali kuil ini menjadi simbol kelahiran dan perdamaian bagi masyarakat Jepang.Asakusa Samba Carnival selalu digelar setiap musim panas yang sedang terik-teriknya pada bulan Agustus sejak 1981. Biasanya digelar pada hari Sabtu pekan terakhir bulan Agustus.Selama ini hanya absen sekali pada tahun lalu ketika bencana gempa dan tsunamiTohoku menimpa Jepang,11 Maret 2011.

Karnaval ini seperti biasa menjadi ajang kompetisi samba di Jepang dan diikuti grup-grup penari samba dari seluruh penjuru Jepang,termasuk beberapa grup dari Brasil.Karena itu,karnaval ini menyajikan kolaborasi antara kultur Brasil dan kultur Jepang.Uniknya,tidak hanya pertemuan dua budaya itu,tapi beberapa budaya negeri lain seperti Negeri 1001 Malam disertakan juga, antara lain dalam bentuk parade penari berpakaian Negeri 1001 Malam,dan simbol benda,misalnya lampu aladin.

Penampilan tari samba di Jepang,yang aslinya berasal dari acara tahunan Rio Carnival di Brasil ini,ramai dengan gerakan-gerakan tari bergetar dan berguncang dalam pakaian gemerlap penuh dengan bulu-bulu menjuntai diiringi musik Latin versi Jepang, atau versi negeri lainnya yang ditingkahi perkusi Afrika. Pada akhir libur musim panas ini,seperti biasa masyarakat Jepang tak melewatkan kesempatan berpanas- panas,menunggu barisan parade lewat.

Parade Samba bernuansa Afrika.


Tak heran, demi bisa melihat dari dekat,sejak pagi mereka sudah menggelar tikar atau sudah memasang bangkubangku lipat kecil dan menanti di bawah terik matahari yang lumayan membuat wajah memerah. Diperkirakan,setiap tahun sekitar 500.000 orang memadati pinggir jalan di Asakusa ini.Penjagaan keamanan betul-betul rapi tertata,disediakan jeda waktu ketika orang ingin melintas jalan raya di tempat parade itu lewat.

Menuju lokasi parade mudah saja,dengan kereta Ginza Subway Line,atau Asakusa Subway Line,atau Tobu Railways,turun di Stasiun Asakusa.Dari pintu keluar stasiun ini,lokasi hanya dicapai beberapa langkah. Sesampainya di sana,informasi segera tersedia,melalui brosur dalam bentuk majalah atau informasi yang terpampang di lembar kipas kertas ala Jepang. Atau jika bertanya kepada siapa pun, warga di sekitar situ pasti dengan sukacita menjelaskan tepatnya lokasi tersebut.


Tahun depan Samba Carnival diperkirakan bisa terlaksana pada 31 Agustus 2013.Jadi,siap-siap saja kalau mau menyaksikan dari dekat,pesan hotel yang berada di pinggir jalan yang dilewati parade ini,pasti lebih dapat dengan jelas membidik gambar-gambarnya melalui kamera Jangan lupa bawa lensa zoomya. Jepang ingin mengatakan kepada dunia, bangsa di belahan Timur dunia yang sangat menjaga budaya Timurnya ini mampu beradaptasi dengan dunia luar tanpa menghilangkan akar budaya mereka sendiri.

Kendati negara ini sangat modern,East meet West di sini tetap membuatnya bergeming untuk menjadi sangat bebas. Mereka tetap setia dengan tradisi-tradisi asli mereka. Jika dibandingkan parade serupa di negara Barat seperti di Belanda,misalnya, para penari samba di sana bertelanjang dada.

Namun, di Negeri Matahari Terbit ini dilarang untuk mengeluarkan anggota tubuh.Seperti juga aturan yang dicanangkan di daerah pantai ketika musim panas,tidak diperbolehkan berjemur atau berenang tanpa busana.

* Rahmayanti Helmi Yanuariadi dari Tokyo, Jepang  

BELANJA DI LAZADA, GRATIS NONTON JAVA SOULNATION 2012


Awak Lazada di pameran Festival Komputer Indonesia 2012, Jakarta Convention Center

Melayani para pembeli di stan Lazada, FKI 2012-JCC.


Lazada, perusahaan terkemuka di Indonesia yang bergerak di bidang e-commerce yang menyediakan berbagai macam produk elektronik, pada khususnya. Namun keperluan sehari-hari pada umumnya pun dapat Anda temukan di Lazada, seperti peralatan dekorasi rumah tangga, buku, musik, hingga ke produk kecantikan.  Oleh karena itu, Lazada.co.id kini telah menjadi situs top online retailer terlengkap yang sudah diakui oleh berbagai kalangan dengan mempunyai banyak konsumen online, juga mempunyai website yang user friendly.

Lazadakini tidak hanya hadir di Indonesia, melainkan mempunyai banyak cabang di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Thailand, Vietnam dan Filipina.

Kelebihan lain di Lazada tentulah telah ditawarkan, melalui fasilitas pre-order yang memberikan kemudahan dalam mendapatkan barang-barang terbaru hingga barang yang jarang di sediakan di situs lain. Harga yang ditawarkannya pun sangat kompetitif jika dibandingan online retailer lainnya.

Kini Anda tidak perlu khawatir akan biaya pengiriman yang mahal, karena di sini biaya pengirimannya pun GRATIS ke lebih dari 100 kota di Indonesia. Barang yang telah dipesan pun akan sampai dengan selamat sampai tujuan, walaupun Anda berada di luar kota sekalipun;  Lazada menggunakan pelayanan kurir yang sangat profesional dan eksklusif.

Keunikan yang dapat ditemui di dalam website Lazada,  yaitu dalam hal pembayaran. Lazada sengaja telah menyediakan berbagai macam cara pembayaran. Mulai dari transfer antar bank, menggunakan kartu kredit, hingga yang teruniknya adalah pembayaran di tempat (Cash on Delivery).  Garansi uang kembali pun diberikan oleh Lazada, jika produk tertentu yang telah Anda beli tidak sampai di tempat tujuan. Tidak hanya itu, diskon, penawaran-penawaran menarik dan banyak promo pun bisa diperoleh di situs tersebut.  Salah satunya,  Anda dapat memenangkan tiket daily pass Java Soulnation Festival.

Jam 16.00 halo haloo...kumpul-kumpul, diskon besar-besaran!

"Nama saya boleh didaftarkan ya mas, biar tahu setiap tawaran Lazada."


Java Soulnation
Java Soulnation Festival merupakan festival musik tahunan yang diadakan di Jakarta, yang telah ada sejak tahun 2008. Java Festival Production (JFP) sebagai pelaksana event musik tahunan terhebat ini memberikan konsep yang berbeda pada setiap pergelaran acara Java Soulnation.  JFP yakin akan memberikan pelayanan terpadu musik hiburan kelas dunia, dengan telah bekerjasama oleh pemerintah, sektor swasta dan masyarakat, lokal dan internasional.  Festival ini didedikasikan untuk masyarakat Indonesia yang berjiwa hip-hop, R & B dan rap.

Jakarta International Java Soulnation Festival atau biasa disebut dengan Soulnation, menggabungkan berbagai atraksi dan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dan menyajikan berbagai bakat, baik dari Indonesia maupun dari luar negeri. Festival tersebut diadakan untuk menumbuhkan kerjasama lintas budaya yang ingin menikmati hiburan yang berkualitas dunia.

Festival tahunan tersebut pun telah menjadi platform yang kuat dari kerjasama dengan sponsor pemerintah & korporasi, media, seniman & penghibur profesional, komunitas musik, dan masyarakat umum lainnya.

Tema yang diangkat di dalam Soulnation Festival setiap tahunnya memberikan perbedaan yang signifikan. Begitu juga dengan segi konsep dan kemasan acaranya mengalami pembaruan, karena Soulnation sendiri ingin memberikan sebuah inovasi dan sesuatu yang berbeda kepada kaum urban. Line-up artist yang disajikannya pun sangatlah bervariasi dan beragam genre musik dapat Anda nikmati.

Bagi para kaum urban seperti Anda, yang ingin merasakan sensasi dalam menonton acara musik tahunan  Java Soulnation Festival, Anda dapat membeli tiket di kantor Java Festival Production atau pihak-pihak yang telah bekerjasama dengan Soulnation Festival.  Salah satunya yaitu melalui website Lazada, karena di sana Anda bisa mendapatkan tiket nonton gratis Java Soulnation 2012 dengan mengikuti langkah-langkah yang  tertera di link ini http://www.lazada.co.id/soul-live-nation/.

Friday, 7 September 2012

interacting japan shape of things to come through diplomats' eyes.


Ceritanya Pak Dubes KBRI Tokyo, Bapak Jusuf Anwar, April 08 menulis memo yang dititipkan untuk saya, "Bu Tetra, mungkin bisa ikut acara ini."  Photography exhibition "Japan Through Diplomats Eyes" diselenggarakan setiap tahun, dengan event organizersnya berganti-ganti negara. Tahun ini negara Zambia.
          Senang juga foto yang saya jepret ketika acara hanabi (pesta kembang api) di musim panas 2008 di Yokohama dipilih. Paling enggak, ada orang lain yang liat dan merasa layak pajang.....Alhamdulillah menghibur hati...
           Oktober 2008, 20-29 pameran foto ini dipajang di Marounichi Building lt.3, di tengah shopping centre elite di kawasan penting Kekaisaran Jepang, tepatnya di depan Tokyo Station --station tertua di Tokyo.



IMG_1806.JPG
  
IMG_1808.JPG
  
IMG_1811.JPG
  
IMG_1812.JPG
  
IMG_1816.JPG
  
IMG_1817.JPG
 2 Comments 
foto princess Takamado
  
IMG_1820.JPG
  
IMG_1826.JPG
  
IMG_1828.JPG
  
IMG_1836.JPG
  
iseng motret, dipajang...
 3 Comments 
IMG_1849.JPG
  
IMG_1853.JPG
  
IMG_1857.JPG
  
IMG_1869.JPG
  
IMG_1871.JPG
  
IMG_1870.JPG
  

6 CommentsChronological   Reverse   threaded

setta81 wrote on Apr 25, '09
ini banjir, mbak? di mana?

setta81 wrote on Apr 25, '09
wah, nampang juga di pameran :)

emitetra wrote on Apr 26, '09
Setta, aku nampang di depan foto karyaku yang berhasil dipilih dan dipajang di pameran foto "Japan through diplomat's eye" , di Marounichi building di jantung kota Tokyo (persis di depan Tokyo staton), . he he ..

rosefnaka wrote on May 7, '10
wua coba dibesarin dong photonya mb emi...pengen banget liat...apa dah ketinggalan saya ya T_T setahun yang lalu deshita...

emitetra wrote on Apr 26, '09
bukan kebanjiran, potret anak sama orangtuanya di pantai. foto itu hasil jepretan Princess Takamado, (salah satu princess di Japan Imperial).

setta81 wrote on Apr 26, '09
asyik deh, mbak :)

HARI-HARI

  HARI-HARI 1 Tidak ada yang muluk, karena tidak perlu muluk. Muluk cuma sebatas angan? Ah, ya engga juga, ia bisa jadi kenyataan. Tapi ya g...