Tahun ini adalah yang ke-31 kalinya.Dalam kurun itu, kultur Brasil yang terkenal di seluruh dunia melalui tari samba ini melebur dengan kebudayaan Jepang. Pada pekan terakhir bulan Agustus ini hadir para penari perempuan Jepang berkulit putih,mata sipit,dan wajah tirus,berbaur dengan beberapa penari dari Brasil, dan penari dari bangsa lain yang berada di Tokyo.
Grup penari samba dan kendaraan hias berarak-arak di antara Basha Ave ke Raimon Ave di Asakusa,wilayah historis yang terkenal di Tokyo, tempat berdirinya kuil Buddha tertua di Tokyo bernama Kuil Sensoji atau terkenal disebut Asakusa Kannon Temple—kuil ini selesai dibangun pada tahun 645.Kuil ini menjadi salah satu objek wisata yang wajib dikunjungi turis kalau melancong ke Tokyo. Kuil Asakus ini terkena bom Perang Dunia II sehingga sebagian bangunannya rusak.
Pembangunan kembali kuil ini menjadi simbol kelahiran dan perdamaian bagi masyarakat Jepang.Asakusa Samba Carnival selalu digelar setiap musim panas yang sedang terik-teriknya pada bulan Agustus sejak 1981. Biasanya digelar pada hari Sabtu pekan terakhir bulan Agustus.Selama ini hanya absen sekali pada tahun lalu ketika bencana gempa dan tsunamiTohoku menimpa Jepang,11 Maret 2011.
Karnaval ini seperti biasa menjadi ajang kompetisi samba di Jepang dan diikuti grup-grup penari samba dari seluruh penjuru Jepang,termasuk beberapa grup dari Brasil.Karena itu,karnaval ini menyajikan kolaborasi antara kultur Brasil dan kultur Jepang.Uniknya,tidak hanya pertemuan dua budaya itu,tapi beberapa budaya negeri lain seperti Negeri 1001 Malam disertakan juga, antara lain dalam bentuk parade penari berpakaian Negeri 1001 Malam,dan simbol benda,misalnya lampu aladin.
Penampilan tari samba di Jepang,yang aslinya berasal dari acara tahunan Rio Carnival di Brasil ini,ramai dengan gerakan-gerakan tari bergetar dan berguncang dalam pakaian gemerlap penuh dengan bulu-bulu menjuntai diiringi musik Latin versi Jepang, atau versi negeri lainnya yang ditingkahi perkusi Afrika. Pada akhir libur musim panas ini,seperti biasa masyarakat Jepang tak melewatkan kesempatan berpanas- panas,menunggu barisan parade lewat.
 |
Parade Samba bernuansa Afrika. |
Tak heran, demi bisa melihat dari dekat,sejak pagi mereka sudah menggelar tikar atau sudah memasang bangkubangku lipat kecil dan menanti di bawah terik matahari yang lumayan membuat wajah memerah. Diperkirakan,setiap tahun sekitar 500.000 orang memadati pinggir jalan di Asakusa ini.Penjagaan keamanan betul-betul rapi tertata,disediakan jeda waktu ketika orang ingin melintas jalan raya di tempat parade itu lewat.
Menuju lokasi parade mudah saja,dengan kereta Ginza Subway Line,atau Asakusa Subway Line,atau Tobu Railways,turun di Stasiun Asakusa.Dari pintu keluar stasiun ini,lokasi hanya dicapai beberapa langkah. Sesampainya di sana,informasi segera tersedia,melalui brosur dalam bentuk majalah atau informasi yang terpampang di lembar kipas kertas ala Jepang. Atau jika bertanya kepada siapa pun, warga di sekitar situ pasti dengan sukacita menjelaskan tepatnya lokasi tersebut.
Tahun depan Samba Carnival diperkirakan bisa terlaksana pada 31 Agustus 2013.Jadi,siap-siap saja kalau mau menyaksikan dari dekat,pesan hotel yang berada di pinggir jalan yang dilewati parade ini,pasti lebih dapat dengan jelas membidik gambar-gambarnya melalui kamera Jangan lupa bawa lensa zoomya. Jepang ingin mengatakan kepada dunia, bangsa di belahan Timur dunia yang sangat menjaga budaya Timurnya ini mampu beradaptasi dengan dunia luar tanpa menghilangkan akar budaya mereka sendiri.
Kendati negara ini sangat modern,East meet West di sini tetap membuatnya bergeming untuk menjadi sangat bebas. Mereka tetap setia dengan tradisi-tradisi asli mereka. Jika dibandingkan parade serupa di negara Barat seperti di Belanda,misalnya, para penari samba di sana bertelanjang dada.
Namun, di Negeri Matahari Terbit ini dilarang untuk mengeluarkan anggota tubuh.Seperti juga aturan yang dicanangkan di daerah pantai ketika musim panas,tidak diperbolehkan berjemur atau berenang tanpa busana.
No comments:
Post a Comment