Thursday, 6 September 2012

Fukushima--Aftermath struggling


           Menyusul kerusakan reactor nuklir sejak Sabtu 12/3 hingga pagi Selasa, 15/3 di Fukushima, hari ini Naoto Kan, PM Jepang mengatakan: Material Radioaktif yang keluar berada pada tingkat risiko radiasi yang sangat tinggi. Setelah Perang Dunia II, bencana Jepang kali ini adalah krisis paling parah bagi Jepang. Wajah dan suara Naoto Kan dalam pidatonya di hadapan pers, yang tampak di televisi, terlihat  dan terdengar sangat prihatin.  
            Sementara Yukio Edano, Japan Chief Cabinet Secretary, memberikan penjelasan agar tinggal di rumah, menutup pintu, jendela, dan menutup ventilasi. Tidak menjemur pakaian di luar, menjemur pakaian di dalam rumah saja. Berada di radius lebih dari 30 km akan mengurangi risiko radiasi, tapi inipun tergantung arah angin. Level radiasi meningkat ke arah yang bisa mempengaruhi kesehatan manusia. 
            Di Tokyo dan Yokohama yang berjarak lebih 200 km dari Fukushima, radiasi nuklir yang keluar dinyatakan berada pada level yang  tidak membahayakan kesehatan public (baca: aman). Jika keluar rumah dianjurkan untuk melindungi tubuh dengan payung, menutup kepala dengan topi atau kapucon yang menyatu dengan jaket. Menutup hidung dan mulut dengan masker agar tidak terhirup udara luar, membawa handuk basah untuk mengompres/melembabkan hidung jika misalnya hidung terasa kering jika memakai masker. Hindari tubuh terkena air hujan, karena air hujan yang turun dapat terkontaminasi partikel radioaktif dari radiasi nuklir.
Penjelasan lain, mereka yang bekerja di wilayah nuklir tidak diperbolehkan terbang dalam zone 30 km dari area reactor nuklir di Fukushima.
            Hingga hari ini bantuan telah datang dari Amerika, Inggris, Cina, New Zealand. Jepang meminta negara-negara untuk membantu mendinginkan reactor nuklir. Dari 800 staff yang bekerja di pusat nuklir di Fukushima, terakhir ini tinggal 50 orang staff yang bekerja di Fukushima Daiichi plant.
                                                            ***
            Dampaknya pada kehidupan sehari-hari di Jepang, antara lain di Yokohama, beberapa kantor menutup kegiatannya hari ini hingga Senin mendatang (21/3). Sekolah-sekolah (dalam hal ini sekolah internasional) meliburkan sekolah hingga 27/3. Sekolah-sekolah Jepang tidak libur, hanya jam sekolah diperpendek hingga siang hari saja/pk 13.00. Warga Jepang sendiri memilih untuk sementara menjauh ke arah selatan menjauhi sumber bahaya. Mereka antara lain menuju ke Osaka, Kyoto, Nagoya, Hiroshima, mendatangi keluarga atau menginap di hotel. Seorang kawan pengantin baru Amerika beristrikan Jepang terpaksa memboyong istrinya ke wilayah Osaka karena sang istri sebentar lagi akan melahirkan. Sementara warga non Jepang memilih pulang ke negaranya.
          Menyusul semua krisis ini, sejak gempa, tsunami dan meledaknya reactor nuklir di Fukushima, 234,4 km dari Yokohama, kegiatan ekonomi kota seperti juga di Tokyo, lumpuh. Supermarket, convenience store, hingga toko-toko kecil yang menjual kebutuhan makanan sehari-hari kehabisan stok  beras, roti, telur, susu, air minum, tisu toilet, dan baterai. Bukan berarti tidak ada barang sama sekali, hanya saja suplai barang ke supermarket tidak lancar, karena transportasi ekspedisi pengiriman barang pun mengurangi kegiatannya sehubungan dengan persediaan bahan bakar yang juga harus hemat.     
           Untuk soal bahan makanan dan beberapa barang yang sangat diperlukan ini, di Yokohama masih bisa diatasi; pagi-pagi sebelum toko buka jam 10 sudah antri satu jam sebelumnya, agar first come first serve. Sejak bencana terjadi, Jumat 11/3 hingga seminggu kemudian Jumat, 18/3, para pembeli di supermarket OK di Yokohama tetap mengantri. Saya coba untuk mengantri pagi-pagi, 17/3, dan alhamdulillah bisa beroleh sekantung beras 5 kg.   
           Informasi dari Japan earthquake information yang muncul ketika membuka Facebook, menyatakan agar tidak menumpuk barang makanan berlebihan. Informasi juga mencantumkan jadwal operasi Kereta Api, dan jadwal pemadaman listrik.
Semua membatasi gerak, terkait dengan hemat energi bahan bakar bensin, dan pemadaman listrik. Antrian kendaraan di pom bensin tak hentinya sejak subuh masih gelap hingga pom bensin tutup di malam hari. Itupun hanya diperbolehkan membeli 2000 Yen (untuk bahan bakar Regular), sekira 13 liter bensin, atau 4000 Yen (untuk jenis Premium, saat ini 160 Yen/liter) atau sama dengan 25 liter.  Keramaian di pusat pertokoan modern metropolitan di kawasan Minatomirai-Yokohama menjadi sepi sementara ini. Sebagian besar toko dan restoran menutup pintunya rapat-rapat. Yang ada, hemat dan prihatin. ■
Rahmayanti Helmi Yanuariadi (Yokohama/15-18/3.2011)

3 CommentsChronological   Reverse   threaded

ummiita wrote on Mar 19, '11
semoga cepat pulih & normal lagi semuanya ya mba, aamiiin....

emitetra wrote on Mar 19, '11
terimakasih doa dari Ummita agar bencana di Jepang ini segera berlalu.

nsneni wrote on Mar 19, '11
Semoga Allah sll melindungi dan memudahkan dan smuany cpt pulih ya mba..amiin

No comments:

Post a Comment

HARI-HARI

  HARI-HARI 1 Tidak ada yang muluk, karena tidak perlu muluk. Muluk cuma sebatas angan? Ah, ya engga juga, ia bisa jadi kenyataan. Tapi ya g...