Published by SEPUTAR INDONESIA DAILY
Sunday, 17 June 2012
(*note: part 1 of 2)
Jepang pada musim semi dan musim panas menjadi catwalk untuk busana tenun Indonesia yang kaya warna. Karena itu, dalam rangka pertukaran budaya, KBRI Tokyo bekerja sama dengan Cita Tenun Indonesia (CTI) menggelar pergelaran show desainer Sebastian Gunawan dan Priyo Oktaviano.
Pergelaran yang didukung Perusahaan Gas Negara, Adaro Energy,dan Garuda Indonesia ini didominasi oleh koleksi tenun Indonesia. Desainer Sebastian Gunawan membawa koleksi busana tenun Garut,Jawa Barat.Sementara, Priyo Oktaviano menggelar koleksi busana tenun Rangrang dari daerah Seraya Timur,Bali Timur.Peragaan busana di Wisma Duta KBRI Tokyo,benar-benar mengundang decak kagum para istri diplomat mancanegara anggota ALFS di Tokyo.
Acara ini dihadiri MME Hitomi Noda,istri perdana menteri Jepang,dan MME Mikiko Gemba,istri menteri luar negeri Jepang,istri para duta besar negara-negara sahabat di Tokyo,Duta Besar RI untuk Jepang Muhammad Lutfi dan istrinya,Bianca Lutfi. Penampilan para model dengan raut wajah Eropa Timur dan Jepang sangat menyatu dengan busana tenun kedua perancang busana papan atas Indonesia ini.
Hal ini menandakan bahwa bahan tenun tradisional yang sejatinya memang sangat bernilai tinggi ini bisa dikenakan berbagai kalangan bangsa. Sebastian Gunawan (Seba) mengubah tenun Garut (yang biasanya hanya dibuat tenun putihan saja oleh perajin) menjadi tenun Garut bermotif baru berbentuk bunga-bunga besar. Tenun Garut dibuat menggunakan teknik datar dan pewarnaan colet.
Seba menggabungkan brokat (lace) untuk atasan dan rok bawah tenun Garut motif bunga-bunga besar.Secara keseluruhan,rancangan Seba terlihat ringan dan girly chic elegant untuk acara cocktail party maupun acara resmi. Sementara Priyo dengan cerdas mendesain tenun Rangrang dengan gaya yang elegan, girly,dan sporty (dengan motif yang dominan geometris) hingga gaya yang ringan.Motif dan warnanya yang cerah mempermudah memadupadankannya dengan berani,cukup dengan potongan yang simpel.
Priyo mengedepankan unsur keindahan Bali,kembang sepatu,dan warna-warna alam. Di akhir pergelaran,seorang model Jepang mengenakan kimono yang dibuat dari songket Sidemen (songket Bali), dengan obi (ikat pinggang atau stagen yang dipasang di atas kimono) menggunakan songket Palembang.Songket ini dibuat pita dengan ujungnya menjuntai ke lantai—sebagai sebuah modifikasi yang berani.
Duta Besar Indonesia untuk Jepang Muhammad Lutfi mengatakan bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya tak benda,antara lain berupa tenun tradisional.“Sekarang Indonesia tengah mengajukan tenun Sumba ke UNESCO untuk mendapat pengakuan sebagai warisan budaya tak benda (intangible cultural heritage),yang kini dalam proses verifikasi untuk memperoleh pengakuan UNESCO,”sebutnya.
Tenun Sumba ini diajukan ke United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) karena mewakili seluruh tenun yang dimiliki beberapa wilayah di Indonesia,antara lain karena ada kesamaan dari segi teknik pembuatannya (tenun teknik datar) dan tekstur.Proses verifikasi tenun Sumba ini memakan waktu sekitar satu tahun untuk mendapat pengesahan UNESCO yang diajukan dengan nama resmi Tenun Ikat Sumba Indonesia.
Menurut Okke Hatta Rajasa, Ketua CTI,kesempatan peragaan busana dan ekshibisi di Tokyo kali ini tidak dominan untuk memasarkan produk,tetapi memperkenalkan dulu. Beberapa tamu dari Jepang menyarankan agar tenun Indonesia lebih fokus memasarkan karya tenun Indonesia ini. “Malah ada seorang ibu dari kementerian luar negeri di Jepang menyarankan untuk membuka cabang di Tokyo,” kata Okke.
“Kami memang membutuhkan informasi bagaimana memperkenalkan dan memasarkan tenun Indonesia dari KBRI Tokyo sebagai ‘tuan rumah Indonesia’ di Jepang,”papar Okke. Laporan Kontributor SINDO di Tokyo RAHMAYANTI HELMI YANUARIADI
Tenun Rangrang dan Kimono-Priyo Oktaviano.
No comments:
Post a Comment