Thursday, 6 September 2012

1. Menulis itu asyik... 2. Mood Menulis


Menulis itu asyik...
“Aduuh, katanya menulis tu kok susah ya, katanya kok gampang… tapi mau mulai dari mana ya? Semua ide berseliweran. Mau tulis ini bagus, mau itu bagus…Hm…, gimana ya..”
Menulis itu sama dengan membuat karya fotografi, karya lukisan, atau karya kuliner. Apa yang mau ditonjolkan?
“Orang awam yang bukan penulis pun bisa menulis. Malah ini akan melatih diri bertutur kata yang baik, perkataannya yang dari a-z yang ia keluarkan akan ada fokusnya, ada alur pikirannya. Melatih diri mempunyai alur berbicara yang baik,” begitu kata para ahli tentang jurus menulis yang pernah kuketahui.    

Memulai menulis, kemudian lancar  menulis, dan ide mengalir terus… dari pengalaman banyak orang dan saya sendiri merasaan  memang susah-susah gampang. Namun ada cara yang sudah saya praktikkan selama ini. Ini soal klasik —apalagi bagi teman-teman FLP yang handal menulis-- namun tak ada salahnya diungkapkan. Semoga bermanfaat.
Fokuskan apa yang mau diceritakan pada satu point.
Tulis aja apa yang mau ditulis sambil tetap kepada focus --pokoknya semua yang dianggap mendukung, dan semua informasi yang bakal jadi anak kalimat yang berkaitan. Di sini semua informasi yang berkaitan di tulis –bisa dengan copy paste semua bahan yang diperoleh dari mana saja, dari pikiran sendiri, dari buku, atau  internet, dari apa saja. 

Pelan-pelan atur kronologis yang bakal menjadi paragraph tulisan. Satu paragraph satu ide.

Kalau tiba-tiba terpikir suatu kalimat yang bakal jadi judul, tulis saja saat itu di bagian paling atas (judul). Buatlah seolah itu sudah judul betulan,: misalnya dengan fond yang berbeda, ukuran huruf, italic, atau bold –suka-suka hati…(yah, untuk menyenang-nyenangkan hati maksudnya sambil menjaga mood menulis dengan format yang sudah dibikin cantik).

Nah, style bahasa penulisan cerita pendek/panjang  atau berita,  tentu beda,kan dari gaya bahasanya. Tapi menurut saya, patokannya –apakah cerita atau berita—ya kembali ke focus apa yang mau diceritakan tadi.

Dari kerangka awal di atas, kita mulai langkah selanjutnya:  menata tulisan. Tulisan mulai dibentuk; jika sudah sampai ‘the end’ dihaluskan lagi. Hingga finishing touch –baca dari atas sampai baris terakhir, periksa kesatuan ceritanya.

Setelah selesai sampai akhir paragraph, larilah ke baris atas untuk benahi judulnya. Apakah judul yang dibuat tadi sudah pas dengan isi cerita? Pilih kata-kata yang menarik: cukup dengan 3-4 kata. Malah bagus kalau cuma dua kata tapi sudah bisa menggambarkan isi tulisan.  “Harus banyak kosa kata,” kata Kang Abik di GW 2010 ketika tauziah akbar di mesjid Camii Tokyo, 2/5/2010.

Note: catatan pribadi ini (biar ga lupa kalau menulis itu gampang): pernah disampaikan di milis Forum Lingkar Pena Jepang, 14/5, dengan tambahan baru dua paragraph kedua dan ketiga dari atas.  




(sambungan: Jumat 21/5): ditulis untuk milis FLPJ (Forum Lingkar Pena Japan, 21/5)
Mood menulis
Tak jarang dari pagi sampai malam duduk di depan computer, tapi baru malam hari mood menulis mengalir lancar.  Maklum, mungkin dalam sehari banyak urusan dikerjakan –dalam dan luar rumah. Pemanasannya lama…, hm…
Ga pa pa. tulis aja semua yang berseliweran di kepala.
Kondisikan suasana untuk nyaman menulis. Ini sih tergantung kesukaan masing-masing. Ada yang lancar menulis kalau sudah deadline, ada yang lancar menulis dalam suasana tenang, atau ribut sekalipun; kalau sudah niat, maka jadilah. Sedikitnya, mungkin ada yang suka seperti ini, sekadar berbagi:
Sediakan keperluan di sekitar meja kita duduk, apa-apa yang diperlukan: bahan tulisan,  minuman kopi, teh, air putih, tapi ga usah snack yaa  (ntar malah gendut kalau ngemil, ha ha ha). 
Jika suka menulis memandang keluar jendela, silakan dilakukan. Tata letak di rumah bisa dirapikan.  Pasang beberapa pot bunga di luar jendela jika ruangan memungkinkan. Kehadiran makhluk Allah ini, tumbuh-tumbuhan yang bergerak dibelai angin memberikan aliran aura positif dalam ruang Anda. Suka menulis dalam keadaan ruangan rapi, dan tenang,  kerjakanlah. Adem hatinya jika  menulis sambil mendengarkan lagu-lagu kesayangan, terlebih mendengarkan  alunan ayat suci Al-Qur’an, malah lebih bagus…
Nulis di café sambil ngopi. …apalagi pemandangan di teras café itu alam, taman bunga, pantai; atau menulis di taman, sambil ngemong anak. Mungkin ada yang suka menulis dengan situasi ini.
Kalau mau memancing hadirnya mood, bisa juga dengan membaca sepenggal tulisan orang yang disukai –misalnya buku teh Lizsa, atau tulisan Bunda Rose, teh Tethy, pak Lisman, dll –untuk memancing “Kalimat apa ya akan kutulis untuk membuka tulisan…”  Buka-buka blog orang, biar gemes, kepingin segera nulis seperti dia… (dalam bahasa saya , ini adalah fase pemanasan).
Di Indonesia sekarang fasilitas wifi bertebaran di mana-mana, di resto, di café; fasilitas yang memperlancar kerja jika memerlukan mencari keakurasian data. Banyak orang bekerja sendiri di café atau resto, sambil makan siang, brunch di akhir pekan.  –Ini sekadar menggambarkan bahwa lokasi menulis pun, bisa menjadi sarana memperlancar rasa ingin menulis, sementara makan-minum itu hanya kebutuhan ketika pas waktu makan tiba.
Kalau belum lancar juga, lanjutkan besoknya,  dipaksa tulis sedikit demi sedikit. (mulai maksa nih, ha ha ha ..). Kumpulkan tulisan sedikit demi sedikit,  lama-lama kan tulisannya menumpuk menjadi bukit, seperti yang mba Novi bilang (milis FLPJ 15/5).
Yang jelas, kenalilah kesenangan Anda, situasi seperti apa yang bisa membangun mood Anda. Selamat menulis. ♥

No comments:

Post a Comment

HARI-HARI

  HARI-HARI 1 Tidak ada yang muluk, karena tidak perlu muluk. Muluk cuma sebatas angan? Ah, ya engga juga, ia bisa jadi kenyataan. Tapi ya g...