Thursday, 6 September 2012

EKSISTENSI TENUN INDONESIA (2)




(Eksistensi Tenun Indonesia --note: part 2 Of 2).
(Copied from Seputar Indonesia Daily, Monday, 02 July 2012)



Cita Tenun Indonesia (CTI) memiliki semangat melestarikan tekstil tradisional Indonesia, mengembangkan, dan memasarkannya secara nasional maupun internasional. Seperti apa sepak terjangnya? 

Sebastian Gunawan, para model, dan model cilik, April 2012.

Berdiri sejak 2008,perkumpulan para pencinta tekstil tradisional Indonesia ini memfasilitasi pembinaan untuk perajin, melakukan riset dan pengembangan agar perajin memiliki kemampuan memproduksi kain tenun lebih berkualitas, dan kemampuan memasarkannya. Hal tersebut di atas bisa dilakukan bekerja sama dengan para perancang tekstil,perancang busana,perancang produk,dan perancang ruang dalam. Tujuannya agar motif yang diciptakan betul-betul bisa dikreasikan dan diterapkan di semua lini kehidupan,hingga sukses ke pasaran di dalam dan luar negeri. 

Menggarap tenun tradisional ini memang memerlukan daya inovasi tinggi dari semua unsur tersebut. “Saya menyampaikan motif apa yang saya inginkan kepada seorang desainer tekstil.Kemudian desainer tekstil memberikan arahan kepada perajin tenun untuk membuat motif yang saya inginkan untuk membuatkan rancangan baju saya,” kata Sebastian Gunawan kepada SINDOdi Tokyo. 

Duta Besar Indonesia untuk Jepang Muhammad Lutfi mengatakan kepada para tamu internasional di Wisma Indonesia, pada Mei lalu Indonesia memiliki kekayaan budaya tak benda,antara lain berupa tenun tradisional. “Sekarang Indonesia tengah mengajukan tenun Sumba ke UNESCO untuk mendapat pengakuan sebagai warisan budaya tak benda (intangible cultural heritage),yang kini dalam proses verifikasi untuk memperoleh pengakuan UNESCO, ”paparnya. 

Dalam pameran Tenun Indonesia di Tokyo beberapa waktu lalu,misalnya,para tamu bisa melihat dari dekat seperti apa Tenun Sumba Tengah yang dimaksud di ruang utama Wisma Duta.Tenun Sumba ini diajukan ke UNESCO karena mewakili seluruh tenun yang dimiliki sejumlah wilayah di Indonesia.Antara lain karena ada kesamaan dari segi teknik pembuatannya (tenun teknik datar) dan tekstur,dapat dibuat seperti songket dan teknik ikat.

Proses verifikasi tenun Sumba ini memakan waktu sekitar satu tahun ke depan untuk mendapat pengesahan UNESCO yang diajukan dengan nama resmi Tenun Ikat Sumba Indonesia. Menurut penjelasan Okke Hatta Rajasa, Ketua CTI,kesempatan peragaan busana dan ekshibisi di Tokyo kali ini tidak dominan untuk memasarkan produk,tapi lebih utama sengaja memperkenalkan dulu.Beberapa tamu Jepang menyarankan agar tenun Indonesia bisa tampil di kesempatan yang lebih fokus untuk memasarkan karya Tenun Indonesia ini. 

“Malah ada seorang ibu dari kementerian luar negeri di Jepang menyarankan untuk membuka cabang di Tokyo,”kata Okke. “Kami membutuhkan petunjuk dari KBRI Tokyo sebagai ‘tuan rumah Indonesia’ di Jepang.Ibarat masuk ke rumah orang, mohon diberi petunjuk oleh pemilik rumah di sini,”harapnya soal langkah-langkah memperkenalkan dan kemudian memasarkan tenun Indonesia ini. 

Adanya Program Kemitraan dan Bina Lingkungan,serta corporate social responsibility dari sejumlah badan usaha milik negara (BUMN) mampu membangkitkan para perajin yang semula hanya berjalan di tempat.Sebut saja PGN (PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, selama satu tahun ini telah mewujudkan kerja nyata kepada para perajin tenun Garut.“Semula mereka hanya membuat tenun Garut ‘putihan’ yang dipesan orang untuk kemudian dibuat batik.Namun, setelah PGN memberikan pembinaan, mereka mampu membuat motif-motif indah.Ada ide dan visi untuk memperkenalkan tenun Garut dengan motif-motif baru,”kata Enik Indriastuti, Head of CSR Division dan Vice President PGN.

Adanya inovasi baru pada motif tenun Garut inilah yang mampu menarik minat pencinta tekstil tradisional Indonesia. Bekerja sama dengan BUMN—sebagai bentuk tanggung jawab sosial—mampu menjadikan warisan budaya berupa kekayaan tenun daerah yang sangat indah ini menjadi sumber penghasilan masyarakat.

“Kami memberikan pinjaman kepada perajin Rp10 juta-Rp15 juta.Dalam jangka waktu setelah tiga tahun,perajin akan mengembalikan pinjaman.Mereka diberi pelatihan dan cara-cara promosi agar bisa memasarkan dan akhirnya bisa mengembalikan pinjaman.Sengaja kami memberi aturan begitu,mereka mengembalikan pinjaman dengan bunga 6% agar mereka bergerak dan berpikir dinamis untuk bisa mengembalikan pinjaman,dan akhirnya bergerak sendiri,” kata Enik,penanggung jawab dari PGN. 

PGN memberikan workshop (pelatihan pewarnaan,pemasaran) dan fasilitas mesin tenun ATBM (alat tenun bukan mesin) dan mesin tenun Jacquard kepada lima kelompok perajin dari Garut dan Majalaya yang dikepalai Hendar Rogesta. Hendar menyatakan kegembiraannya bisa melihat bukti nyata akan hasil yang dikembangkan dari pembinaan ini.Dia berkesempatan melihat antusiasnya peminat tenun Indonesia di Jepang.

Hendar bersama rombongan CTI berkesempatan melihat kompleks penenunan tradisional Kimono di Tsumugi No-Kan di Tsuchiura- Jepang yang masih mempertahankan pembuatan tenun secara tradisional untuk bahan membuat pakaian kimono. Priyo Oktaviano merancang tenun Rangrang,kain asli khas Seraya Timur,Bali Timur,yang dikembangkan dan ditenun perajin I Wayan Karya bersama kelompoknya.

Adalah Garuda Indonesia sebagai perwujudan corporate social responsibility yang memfasilitasi dan membina para perajin dalam upaya riset dan pengembangan tenun Rangrang yang disebut-sebut hampir punah atau luput dari perhatian.“Saya terharu sekali,tidak menyangka hasil tenunan para perajin kami bisa dibuat busana seindah itu,”ujarnya menatap jajaran koleksi Priyo yang dikenakan para peragawati di Tokyo. 

Selain Bali (antara lain di Seraya dan Sidemen),Garuda Indonesia membina para perajin di Lombok dam Sambas, Kalimantan Barat.Dari semua ini, sesungguhnya yang dibutuhkan tenun Indonesia adalah rasa menghargai, memiliki,dan kemudian mengenakannya sebagai kain untuk busana sehari-hari. Jangan ada lagi cerita motif ini dan itu ditiru di luar negeri,tanpa tahu bahwa motif itu milik Indonesia. RAHMAYANTI HELMI YANUARIADI Kontributor SINDO di Jepang  


Seputar Indonesia Daily, 2 July 2012.

ki-ka: Sebastian Gunawan, Okke Hatta Rajasa, Hendar, Enik Indriastuti--Proses membuat Tenun Garut.
Busana Tenun Rangrang-desain Priyo Oktaviano.

No comments:

Post a Comment

HARI-HARI

  HARI-HARI 1 Tidak ada yang muluk, karena tidak perlu muluk. Muluk cuma sebatas angan? Ah, ya engga juga, ia bisa jadi kenyataan. Tapi ya g...