Wednesday, 26 June 2013

Trade with REMARKABLE INDONESIA (1)



      Baru pertama kali ini Hengki Kawilarang mencoba menjajaki pasar Jepang. Mengikuti kesempatan pameran dagang bertajuk “Remarkable Indonesia” di Japan Fashion Week di tahun 2012 yang diperuntukkan bagi pembeli whole sale, ia menampilkan  koleksi busana couture nya. “Dari pengalaman mengikuti pameran ini, busana couture saya disarankan mengikuti eksibisi di pertokoan/department store (event in store), agar bisa mendekati pasar /konsumen yang tepat.”  Dalam pameran yang berupa show case ini, perlu ditampilkan fashion show seperti yang dilakukan  negara peserta lainnya Filipina, Cina, dan India.


Hengki Kawilarang

Menurut Kiki, begitu ia biasa akrab dipanggil, pemerintah  perlu memfasilitasi penyelenggaraan pameran para designer Indonesia ke beberapa negara dengan lebih rutin, lebih terorganisasi, untuk benar-benar memperhatikan antara apa tujuan acaranya  dan siapa tepatnya sasaran konsumennya. Intinya mengabarkan kepada dunia bahwa ini ada karya busana yang bagus dan sesuai pasar.
Tentu perlu diatur seperti apa pengelolaan biaya operasional. "Bisa saja sekian persen dari harga pakaian dialokasikan untuk biaya operasional," katanya.
Ia berharap kepada pemerintah, "Kalau saya bisa mempekerjakan orang-orang yang kebetulan menganggur sampai mereka memiliki penghasilan, mestinya Pemerintah tentu bisa berbuat lebih lagi."
         
Dalam sebuah pameran fashion, perlu mengenal siapa pasarnya apakah whole sale buyer  atau  personal shopper --yang tidak hanya untuk urusan pesan-order.
Hengki Kawilarang mempelajari bahwa di dalam eksibisi whole sale di Tokyo saat itu, perlu memperkenalkan busana dengan motif Indonesia, dikerjakan cepat dan harga murah, bisa dipesan  ribuan potong. Soal harga misalnya, jika dipasar dipasang dengan harga 25.000 Yen, bisa ditawar 30%, maka jika misalnya dipesan 100 potong, bisa dihargai lebih murah lagi, akan bisa bersaing di pasarJepang.
Sebenarnya dalam berbagai kesempatan pameran dagang fashion, orang Jepang, Turki, Belanda mengakui workmanship Indonesia memiliki nilai tinggi.
Karya Hengki di eksibisi  Remarkable Indonesia diminati whole sale buyer  dan retailer. Gambarannya mungkin di pasaran dihargai 30.000 yen. Harga yang pantas.

Tidak muluk jika ia berharap suatu hari galeri atau butik Indonesia bisa ditemui  di sepuluh kota besar dunia yang memiliki perwakilan negara Indonesia; yang lokasinya berada di mall yang  menjual brand dunia. “Di dalam butik itu para desainer busana Indonesia bisa menjual produk Indonesia dari fashion hingga aksesoris.”

Obrolan dengan orang-orang di dunia fashion:
*    “Saya mau bikin toko yang menjual produk Indonesia, mau pinjam uang ke bank. Bank langsung bertanya: punya jaminan apa? Atau bank langsung bertanya: bakal laku ga sih tokonya nanti?”  *Ini bank saja sudah ragu-ragu, repot, kan

*    “Ritsluiting merk Ykk dibuat di Indonesia, tapi kita sendiri mau cari Ykk engga ada. Mau bikin baju, tapi kancingnya  dari luar. Kebanyakan bahan-bahan untuk membuat baju datang dari luar: kancing, payet dari Guangzhou, bea cukai mahal, harga jadi mahal. Seharusnya Pemerintah mempermudah orang-orang kreatif Indonesia seperti para desainer ini untuk membuat komponen harga produk jadinya bisa bersaing. Pada gilirannya nanti kan bisa mengurangi pengangguran, karena di industri pakaian jadi ini melibatkan tenaga padat karya. Urusan perut para pengangguran bisa teratasi, kriminalitas pun jadi berkurang, kan

*    Ada pertanyaan: bisakah jika ide membuat galeri Indonesia di kota-kota besar dunia  difasilitasi Pemerintah, karena berkaitan antara lain dengan pengapalannya ditujukan ke alamat penerima (perwakilan negara), hingga bisa terbantukan, atau mungkin ongkos pengirimannya bisa lebih murah?


Event: Japan Fashion Week
When: 18-20 Juli 2012.
Location: Tokyo Big Sight

*Rahmayanti Helmi Yanuariadi

No comments:

Post a Comment

HARI-HARI

  HARI-HARI 1 Tidak ada yang muluk, karena tidak perlu muluk. Muluk cuma sebatas angan? Ah, ya engga juga, ia bisa jadi kenyataan. Tapi ya g...