Tuesday, 24 February 2015

Melancong ke OBAMA CITY dan AMANO HASHIDATE


Obama City by night

Berkendara mobil keliling Jepang tantangannya beda dibandingkan naik shinkansen! Harus tahu arah, baca peta, baca huruf Kanji, dan mengerti wilayah. Ada keasyikan tersendiri.

Teks dan Foto: Rahmayanti Yanuariadi (Kontributor Harian Seputar Indonesia di Yokohama), November 2010.


 Dipilihlah tujuan Amano Hashidate, terobsesi seorang teman yang menceritakan indahnya tempat ini.  Amano Hashidate adalah satu dari tiga objek panorama tercantik di Jepang! Rencana rute perjalanan disusun. Paling menarik begitu tahu rute ke tempat ini bisa melewati kota Obama– kota yang tiba-tiba terkenal gara-gara Mr. Obama menjadi Presiden Amerika Serikat awal tahun 2009. Keinginan bermobil keliling Jepang semakin kuat, kendati di long weekend jalanan bisa macet sampai 10 km lebih…
            Rute dan obyek wisata dipilih: Yokohama (pagi) –Hikone Castle (siang, jalan-jalan) – Nagahama Castle (sore, stop sebentar)  - Obama City (petang, jalan-jalan malam, dan bermalam)–  Amanohashidate (pagi-sore jalan-jalan, dan bermalam) – Nara (pagi-sore jalan-jalan) – Nagoya (petang, bermalam, pagi-siang esoknya jalan-jalan) – kembali Yokohama (menjelang sore, malam tiba di Yokohama). Ini menghabiskan 3 malam 4 hari, 19-22 September 2010.
 Pagi jam 5.54, 19 September 2010 mobil bergerak dari Yokohama.  Navigator mobil (GPS --Global Positioning System) mengarahkan jalan  ke Shizuoka, arah puri Hikone (Shiga Prefecture) sejauh 378 km.  Membelah --tak terhitung lagi-- berapa terowongan bukit  sepanjang 600 m- 4 km, semua terbangun kokoh. Jejeran bukit menjadi batas wilayah antara Shiga prefecture dan Fukui prefecture.
Tiba di Hikone Castle (Shiga Prefecture) dan Nagahama Castle melewati pantai Nihondaira, Hamanako bay, Gifu Prefecture, dan Nagara river. Menyusuri pinggir bay, menembus bukit, bisa dibayangkan alamnya asri dengan hijau pepohonan pada akhir musim panas. Ingin segera sampai Obama sebelum senja, maka dari Nagahama segera melaju 70 km lagi (sekira 2 jam), dan bermalam.
Esok harinya, melesat lagi dari Obama city ke tujuan Amano Hashidate (Kyoto prefecture), 78 km. Melewati Miyazu city dan banyak tunnel yg membelah banyak bukit. Tiba di Amano Hashidate hari masih pagi, banyak waktu untuk jalan-jalan hingga petang.
Bermalam di Amanohashidate, dan esoknya kembali ke Yokohama memilih rute kota-kota penting. Kota budaya Nara, 159 km dari Amano Hashidate, segera ditembus sebelum tengah hari. Dari Nara ke kota bisnis  Nagoya (Aichi pref.)119 km dan bermalam. Esoknya 22 September pulang kembali ke Yokohama 327 km, dan tiba sekira jam 22.

Obama city
Teringat ketika tahun 2008 Mr. Barack Obama menjadi kandidat presiden Amerika Serikat, seorang teman mantan wartawan yang tengah menjalani  program research fellow di Kyoto University diminta sebuah majalah berita di tanah air untuk meliput Obama City yang terletak dekat KyotoAda apa sih di sana? “Ya, seperti kota di Jepang pada umumnya yang sudah berusia ratusan tahun. Nama kota kebetulan sama dengan nama Mr. Obama,” kata dia.  Kesamaan nama ini yang mengangkat kota Obama belakangan ini.  
Dalam kunjungan kerja tahun 2006, Senator Obama dalam wawancaranya dengan televisi Jepang menceritakan petugas imigrasi bandara Narita yang mengecek visanya mengira ia berasal dari kota Obama. Walikota Obama city Toshio Murakami ketika itu lantas mengirim souvenir satu set  lacquer chopsticks buatan kota Obama yang sangat terkenal, DVD tentang  kota, dan mengirim kartu ucapan sukses buatnya. Saat kampanye president AS, pedagang lokal segera mengambil peluang bisnis. Poster “Go Obama!”,  T-shirts “I Love Obama”, dan manju jajanan khas Jepang dengan cap wajah Senator Obama di permukaan kue itu dijual. Dan ketika pemilu presiden AS dimenangkan Mr. Obama tahun 2008, walikota Obama segera mengumumkan ke pers Jepang niatnya meletakkan patung Barack Obama di depan Balai Kota sebagai tanda berserajah akan keberadaan sebuah nama “Obama” bagi kotanya. Sang presiden menyampaikan salam dan rasa terimakasihnya kepada warga Obama dalam pidato “Asia Policy” nya di Suntory Hall-Tokyo,pada lawatan kepresidenan ke Jepang 14 November 2009. 
Toko souvenir "I Love Obama"
Jadi ingin tahu juga seperti apa sih Obama City pasca terpilihnya Mr. President Obama. Kami tiba di sini petang, untung masih bisa melihat pantai teluk Wakasa selagi terang. Namanya juga kota kecil, tak seberapa malam pertokoan di kota kecil berpenduduk 32.000 orang (data 2005) telah tutup. Lampu emperan toko-toko remang merah menyinari umbul-umbul “I love Obama”  dengan logo wajah Obama. Lambaian umbul-umbul itu hampir di setiap 100 meter di koridor pertokoan yang langsung berbatasan dengan jalan raya.
Beruntung, masih ada satu toko souvenir yang buka. Toko ini memajang gambar postur berdiri Presiden Obama, menjual aneka barang, T-shirts, pembatas buku bertuliskan Obama, atau bergambar logo wajah pak Presiden ini. “Kota ini menjadi sangat ramai sejak Mr. Obama menjadi Presiden. Sebelumnya, ya kota kecil biasa aja,” ujar kasir toko souvenir itu. Aneka souvenir ini dicari turis lokal maupun turis luar yang datang kemari.   
Kesunyian malam itu diramaikan oleh pesta rakyat (matsuri) di akhir musim panas yang digelar di sebelah komplek pertokoan. Pesta dan pasar rakyat ini tak seberapa besar seperti yang dijumpai di kota besar seperti Tokyo atau Yokohama
Matsuri (pesta rakyat) di Obama City
Sebenarnya dari Yokohama kami tidak berhasil membuat reservasi hotel di liburan long weekend. Telat sedikit membuat reservasi hotel, bakal tidak dapat penginapan. Semua hotel yang tertera di internet penuh. Benar juga, beberapa hotel yang dijumpai, apalagi di spot-spot  bagus di seberang bay, tak satu kamarpun tersisa. Atas saran resepsionis hotel itu, kami menyusuri jalan di  sekitar stasiun kereta api, dan menemukan business hotel di jalanan sebelah dalam. Syukurlah, kami beroleh sebuah kamar kecil untuk bertiga 19.000 yen (@ 6300 yen/orang).    
            Selain sensasi Mr. President Obama, orang datang ke kota yang menghadap  ke Wakasa Bay  ini untuk menikmati pemandangan pantai teluk nya yang merupakan Quasi National Park. Banyak hotel berjajar di sepanjang jalan utama menghadap ke pantai ini.
Terletak di Fukui Prefecture sebelah barat daya, di utara Kyoto. Percampuran air laut dingin dan hangat di Wakasa Bay ini memungkinkan ikan-ikan hidup subur. Di jaman Edo, Obama menjadi titik awal perdagangan ikan laut Mackerel (ikan bercorak garis) ke Kyoto.  Rupanya spot-spot untuk memancing ikan “Obama Fishing Port” menjadi obyek wisata, sekarang.   
 Menikmati Wakasa Bay petang hari
Fishing Port
            Kota seluas 232.85 km² ini agaknya ditakdirkan terkenal. Kalau dirunut kebelakang, Obama memang wilayah penting. Obama (bahasa Jepang) berarti “little shore”/pantai yang kecil, di jaman Ritsuryo adalah ibukota Propinsi Wakasa, yang menjadi titik masuknya kebudayaan kontinental.  Letaknya di teluk Wakasa - Japan Sea dilewati para pedagang dari Cina yang akan ke KyotoDalam sejarah Jepang, The Sea of Japan memegang peranan dalam jalur perdagangan sutera (silk road); nah, Obama adalah pelabuhan paling bagus dan terdekat dengan Kyoto (ibukota Jepang masa itu), dan dekat kota Nara yang juga pusat peradaban Jepang.  Jalur laut menuju ke benua  dan jalur darat masuk ke pusat Jepang, merapat dan  berakhir ke arah timur, yaitu di kota Obama ini yang merupakan pintu gerbang masuk ke Jepang.
 Rumah kuno dan modern di Obama.
Kota ini memiliki keterkaitan sejarah dan budaya yang mendalam dengan Cina dan Korean Peninsula; saat itu banyak barang diimpor dari Cina. Tak heran pengaruh kebudayaan Cina tampak pada bangunan dan rumah-rumah di Obama seperti di daerah Sancho-machi.
            Feature kota ini sangat mirip Nara (banyak kuil dan patung Budha).  bedanya Nara terletak di tengah pulau, sementara Obama menghadap ke laut, itu sebabnya Obama sering disebut “Nara by the sea”. Setelah PD II, tahun 1951 Obama ditata menjadi kota.
Jalan-jalan di kota pantai Obama ini terasa seperti membuka lembaran sejarah yang telah diedit dalam bentuk kini. 

Amano Hashidate
Potret Amano Hashidate diambil up side down.
 Ini tentang pemandangan indah hamparan 8000 black pine tumbuh di atas pasir putih sepanjang 3,6 km yang terentang di teluk di Japan Sea di bagian utara Kyoto Prefecture. Sepanjang itu  bisa dilalui berjalan kaki atau bersepeda.
 Melihat up side down--seperti jembatan menuju langit.
Sensasi yang ditawarkan cukup unik.  Dari ketinggian, cable car atau lift car empat menit menurunkan kita ke dataran bukit untuk melihat hamparan pinus.  Dari bukit Amano Hashidate View Land di ketinggian 130 meter di atas permukaan laut itu  kita melihat dengan cara menjungkalkan badan up side down and  through your legs, jadi kita melihat hamparan itu di antara kedua kaki yang berdiri. Akan terlihat penampang atas barisan pepohonan hijau itu seperti tubuh buaya raksasa yang hamparan pasir putihnya seperti kaki-kaki buaya yang seakan terbang menggapai langit (ini disebut Hiryukan).  Pemandangan spektakuler itu juga diimajinasikan sebagai jembatan ke langit (bridge to heaven), disebut dalam bahasa Jepang “Amano Hashidate”. Dipikir-pikir, cerdas  juga cara mempromosikan tempat ini dengan looking up side down.
Tempat-tempat minum kopi berjejer di sepanjang pinggir teluk yang menghadap ke dataran Amano Hashidate. Rasanya tak ingin cepat beranjak menikmati sepoinya angin, sambil melihat kesibukan kapal dan speed boat wira-wiri mengambil dan menurunkan penumpang. Sebelum gelap tentu saja tidak ingin melewatkan penjelajahan ke objek utama: yaitu bersepeda di sepanjang 3,6 km. Tidak jauh, cukup 12 menit mengayuh sepeda pelan-pelan menuju ke ujung yang lain. Tambah sedikit menitlah karena berhenti untuk memotret-motret; dan 12 menit lagi kembali ke ujung semula.
            Pemandian hot spring (Onsen/bahasa Jepang), salah satu yang menarik juga di sini. Tepat di sebelah stasiun kereta dijumpai Amano Hashidate Onsen-Chie no Yu.  Lumayan menghilangkan pegal-pegal otot, yang juga dipercaya untuk kesehatan kulit dan kecantikan karena mineral yang terkandung. Biasanya di hotel-hotel juga menyediakan free fasilitas onsen.
Bersepeda menyusuri 3,6 km hamparan Amano Hashidate.

Kami menginap di Hotel Amano Hashidate persis di depan stasiun kereta. Kamar ryokan (gaya Jepang) kami pilih daripada kamar bergaya internasional, biar sensasinya betul-betul Jepang. Jendela kamar  menghadap tepat ke pantai dan bisa memandang hamparan Amano Hashidate. Kamar ryokan biasanya lebih mahal, dihitung perkepala Yen 9800/malam. Satu kamar bisa untuk 3-5 orang, jadi cocok untuk yang membawa keluarga.
Sup kerang khas Amano Hashidate.
            Makanan? Nikmati sea foodnya. Kepiting, sup kerang yang disajikan dengan pernak-pernik makanan yang tersaji cantik…     

Catatan kaki:
Jalan-jalan berkendaraan mobil memang menarik. Rasanya ingin singgah di  semua kota yang dilalui. Tapi tidak mungkin, kan. Penting perencanaan matang agar  tidak buang waktu.
  • Tentukan kota tujuan dan obyek yang ingin dilihat. Selusuri informasi di internet dan catat dalam notes kecil.  
  • Catat nama kota-kota yang bakal dilewati, melalui jalan tol apa,  agar tidak salah jurusan. Karena nama kota di tulis dengan huruf kanji dan huruf Roma (di kota kecil sering tidak ada penjelasan huruf Roma), maka penting juga menghapal/mengetahui bentuk kanji kota yang ingin dituju. Tulislah di notes atau print dari internet bentuk kanji nama kota itu.
  • Siapkan handphone dengan baterai yang selalu terisi, siapkan charger handphone yang bisa dipasang di mobil, untuk mencari informasi kota, tempat, resto, hotel,  melalui internet di handphone/alat gadget elektronik  lainnya.
  • Cek http://www.tancan-fl.jp/access.html
  • http://www.tancan-fl.jp/cate_scenery.html

Reservasi hotel.
Lakukan reservasi hotel jauh hari untuk menghindari fully book, apalagi di musim liburan. Kalau nekat, bisa saja mencari hotel ketika sudah tiba di kota. Informasi wisata, hotel, dan makanan tersedia di stasiun kereta api.  “Jangan kuatir tidak mendapat hotel, banyak ditemui hotel-hotel bisnis (kamarnya kecil, tidak menyediakan fasilitas komplit), tapi tetap nyaman,” kata seorang kawan Jepang. Atau kalau tidak dapat hotel juga, sebenarnya tidak kuatir, asal mau ‘adventurir’ dan capek-capek sedikit –di luar kota banyak tempat peristirahatan. Istirahat di mobil di tempat parkir yang luas, dan free from charge. Di setiap 50-150km di jalan tol ada Service Are berlogo “SA” dengan fasilitas komplit --convenient store 24 jam, restoran, shopping area, snack booth, toilet, pom bensin, informasi, green space. Atau “PA” (parking area) yang lebih kecil di setiap 15-35 km. 

Japan Rail Pass
Ini alternatif jika tidak ingin bermobil. JR pass adalah cara paling murah untuk menggunakan kereta cepat shinkansen, train, bis yang berlogo JR ke seantero Jepang dalam jangka berapa hari/minggu yang dikehendaki. Hanya bisa dibeli di luar Jepang di kantor Japan Airlines, Japan Travel Bureau (JTB), agen travel tertentu di negara luar Jepang. Hanya berlaku bagi pemegang Visa Turis/temporary.■

*** 
(Travelling on September 2009).
(Published on Daily "Seputar Indonesia", Jakarta-Indonesia, November 2010)
(Tulisan ini dimuat di Harian Seputar Indonesia, November 2010)



No comments:

Post a Comment

HARI-HARI

  HARI-HARI 1 Tidak ada yang muluk, karena tidak perlu muluk. Muluk cuma sebatas angan? Ah, ya engga juga, ia bisa jadi kenyataan. Tapi ya g...